Kamis, 25 Maret 2010

rokok dan olahraga

setahu saya, Indonesia sbg satu2nya negara yg selalu mengikutsertakan iklan rokok dalam berbagai macam cabang olahraga terutama sepakbola (Liga Indonesia). ironis sekali, satu sisi dgn berolahraga badan akan mjd sehat, namun disisi lain, dg iklan rokok berarti mengajak penonton/pemain utk selalu menghisap asap rokok. h...uuuhhhhh.... coba anda lihat, cabang olahraga di luar indonesia, misalnya sepakbola di Liga Inggris, Liga Spanyol, Liga Italia, Liga Belanda dll, setahu sy tdk ada satu pun negara2 tsb yg mengikutsertakan iklan rokok dalam cabang olahraga. namun justru mereka melibatkan perusahaan susu utk mensponsori salah satu tim dari sebuah klub di Liga Italia (kl tidak salah LAZIO), subhanalloh.... satu lagi dari hasil survey, bahwa harga rokok di Indonesia merupakan yg TERMURAH dibanding negara2 lain di dunia. akibatnya, dgn mudahnya seorang siswa SD membeli rokok dari sisa uang jajannya, seorang siswa SMP menghisap rokok dari sisa uang bensinnya, seorang siswa SMA bergumul dg rokok dari sisa biaya kost-nya, seorang mahasiswa menghabiskan berbungkus2 rokok dari sisa uang kiriman ortunya. mau sampe kpn Indonesia menjadi negara SUPER POLUSI??? sdh ada polusi knalpot yg dr hari ke hari semakin meningkat, ditambah dgn polusi asap rokok yang juga semakin hari semakin MENAIK DAN MENARIK orang utk mengkonsumsinya. dr hasil pengamatan sy di atas, sy jadi berpikir.. apa ini memang sdh direncanakan oleh orang2 yg tidak bertanggung jawab, mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa muslim terbesar DI DUNIA, sehingga cara menghancurkannya salah satunya adalah melalui ASAP ROKOK. laa hawla walaa quwwata illaa billaah...(tiada daya dan kekuatan kecuali dari Alloh subhanahu wa ta'ala)

Anak: antara Rokok dan Shalat

“Bu, Bapak dimana?”, tanya Iwan. “Ada di atas!” Iwan naik ke atas, tiga kali salam, sang bapak tidak menjawab. Ternyata, kedua telinganya disumbat karena asyik dengan musik, tangan kanan sibuk SMS-an, tangan kiri bolak-balik ke bibir MEROKOK!

Lain hari,”Bu, Bapak mana Bu? Iwan kangen!”. “Tuh…, di samping”, jelas ibunya. Tiga kali salam, juga tidak disambut sang ayah. Koq? Lagi sibuk betulin motor, kedua tangannya blepotan oli, sedangkan bibirnya tersandera oleh sebatang rokok yang nyantel.

Jam 3 pagi, Iwan kebelet ingin pipis, tiba-tiba ia dengar suara, “GOALLL!”, sang ayah asyik nonton bola, sementara asap rokok mengepul ke atas langit-langit. Iwan sempet melirik asbak di atas meja, sudah penuh dengan puntung rokok.

Lain halnya dengan Andi. Suatu pagi Andi kangen dengan ayahnya, lalu dicarinya ke lantai atas. Setelah kasih salam 3 kali, ayahnya tidak membalas, tentu saja, karena ayah sedang shalat. “Bu, ayah telat ya shalat shubuhnya,” protes Andi. “Kata ayah waktu shubuh habis bila matahari mulai terbit.” “Ayahmu shalat dhuha, nak!” jelas ibu. Lain waktu, Andi acap kali menjumpai ayahnya duduk di sajadah sedang membaca Al-Qur’an. Tengah malam Andi terbangun, ingin ke belakang, begitu sampai ruang tengah dia dengar dan menyaksikan,”Ya Alloh,. Jadikanlah anakku Andi, menjadi anak shaleh, pintar, jujur dan berbhakti kepada ibu bapaknya.” Iapun jalan pelan-pelan menuju kamar mandi. Paginya ia Tanya kepada ayahnya,”Yah, tadi malam shalat apa?” “Shalat tahajud, nak,” jelas sang ayah.

Kira-kira menurut Anda cerita mana yang lebih sering ditemui oleh anak-anak kita? Hampir 2000 orang ditanya, 100% menjawab bahwa anak-anak lebih sering melihat orang tua merokok di sekitar mereka, ketimbang menyaksikan sedang shalat. Jika demikian, ke depan jumlah perokok akan semakin lebih banyak dibandingkan mereka yang shalat. Na’udzubillah…

Orang tua perokok dengan penuh kesadaran memberi contoh kepada anak-anaknya kebiasaan merokok dari kecil hingga dewasa, menghabiskan ratusan juta, badan menjadi sakit, anak telantar, istri memendam rasa kecewa puluhan tahun, sementara kewajiban syariat lain ditinggalkan. Para orang tua perokok mestinya dapat bonus dari perusahaan rokok, sebab pengusaha tidak perlu beriklan lagi, cukup via orang tua yang setia mengkader anaknya menjadi perokok.

Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk mengkader anak menjadi shaleh/shalehah, dengan mengontrol shalat dari usia 7 s/d 10 tahun. Pesan ini sangat jarang dilaksanakan oleh orang tua, padahal perintah ini mendapat pahala dari Alloh SWT.

Sungguh tak terbayangkan jika di setiap sudut, anak dan remaja kita terlihat bergerombol sementara tangan kirinya mengapit rokok. Apa jadinya Indonesia-ku tercinta 25 thn mendatang???

mitos dan fakta tentang ROKOK

mitos: pembatasan rokok akan menyengsarakan jutaan petani tembakau

fakta: jumlah petani tembakau di indonesia cuma dalam hitungan ratusan ribu dan terus menurun (bandingkan dengan jumlah total petani indonesia yang mencapai angka puluhan juta). kesejahteraan mereka relatif lebih rendah (baca: lebih miskin) dari petani tanaman lain. di berbagai daerah penghasil tembakau sudah banyak petani yang mulai beralih ke tanaman lain karena mengeluh pendapatan dari tembakau tidak stabil dan sering dipermainkan tengkulak.

mitos: pembatasan rokok akan membuat jutaan buruh pabrik rokok menganggur

fakta: sama halnya dengan jumlah petani tembakau, jumlah buruh pabrik rokok tidak sebanyak yang dikoar-koarkan industri rokok. apalagi saat ini industri rokok lebih memilih menggunakan mesin ketimbang tenaga buruh. penyerapan tenaga kerja pada industri lain jauh lebih banyak. kesejahteraan buruh rokok juga lebih rendah dibandingkan buruh industri lain. jika aturan pengendalian tembakau diterapkan dan menyebabkan penurunan produksi pabrik rokok, ada banyak industri lain yang dapat menyerap mereka.

mitos: pembatasan rokok akan menurunkan pendapatan negara

fakta: pendapatan negara dari cukai rokok mungkin akan berkurang, namun perlu diingat bahwa sumber pendapatan negara tidak hanya dari cukai rokok. bahkan proporsi cukai rokok terhadap total pendapatan negara sebenarnya hanya berkisar pada angka lima persen sehingga tidak terlalu signifikan. dengan semakin bertumbuhnya perekonomian indonesia dan meningkatnya kesadaran masyarakat dan kalangan usaha untuk membayar pajak, ketergantungan negara terhadap cukai rokok dari tahun ke tahun sebenarnya semakin berkurang. di samping itu, pengeluaran negara untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan dan sosial akibat konsumsi rokok justru jauh lebih besar dari pendapatan yang diperoleh dari cukai rokok tersebut.

mitos: pembatasan rokok akan membuat banyak kegiatan olahraga dan seni berhenti karena kehilangan sponsor

fakta: di indonesia tumbuh berbagai jenis industri yang memiliki sumber daya kapital yang tidak kalah besar bahkan mungkin jauh lebih besar dari industri rokok. sumber pendanaan kegiatan olahraga dan seni melalui program sponsorship dapat dilakukan oleh industri lain. di negara2 dimana sponsorship rokok telah dilarang, kegiatan olahraga dan seni tetap berjalan dengan baik. olimpiade, piala dunia, liga inggris, balap mobil formula 1, dan konser musik musisi dunia, semua tetap berjalan, tidak ada yang bubar cuma gara-gara tidak ada sponsor rokok. konser musik alicia keys di indonesia 2008 lalu tetap berjalan baik meski sponsor rokok dibatalkan. sejumlah kegiatan olahraga nasional juga mulai meninggalkan sponsor rokok, dan sejauh ini tetap berjalan dengan baik2 saja. jadi tidak ada alasan dunia olahraga dan seni perlu menjadikan sponsor rokok sebagai dewa pelindung mereka.

mitos: industri rokok adalah industri patriot bangsa

fakta: industri rokok adalah industri pembunuh bangsa